Melibatkan Anak dalam Masa Krisis Keluarga
Sumber: Google

Parenting / 26 May 2015

Kalangan Sendiri

Melibatkan Anak dalam Masa Krisis Keluarga

Theresia Karo Karo Official Writer
8171
Seorang ayah kehilangan pekerjaan. Keluarga berantakan karena perceraian. Kakek meninggal. Ibu tidak sadarkan diri karena kecelakaan. Bencana alam memaksa keluarga masuk dalam situasi memprihatinkan sehingga harus meninggalkan lingkungan dan rumahnya. Masalah-masalah ini adalah sekian dari situasi kompleks yang bisa muncul dan mempengaruhi kondisi keluarga setiap harinya.

Selama melewati masa-masa sulit ini, dampaknya ternyata dirasakan selama bertahun-tahun dalam hati dan pikiran anak-anak. Saat anak terlibat dalam masa-masa krisis keluarganya, mereka bisa terpapar tingkat stres yang cukup tinggi. Sehingga membawa mereka dalam empat  kelompok ekstrim seperti berikut.

Over-Performers
Anak-anak yang termasuk dalam kelompok ini biasanya menyembunyikan rasa sakitnya dan mengubahnya dirinya menjadi sosok kompetitif, berprestasi, dan hanya melihat pencapaian yang lebih dan lebih lagi. Karena ingin diterima secara sosial dan dianggap berharga, anak-anak ini biasanya terlihat berusaha sangat keras.

Mengeluarkan potensi terbaik anak-anak merupakan impian setiap orang tua. Namun saat mereka terlalu sibuk dan fokus dengan pencapaian berbagai prestasi, mereka menjadi lupa bagaimana rasanya menjadi anak-anak, bermain, dan menikmati masa kecilnya.

Under-Performers
Sebagian anak yang mengalami pengalaman buruk, sering menyisakan trauma. Anak-anak dalam kelompok ini cenderung tidak melawan rasa takutnya dan hanya menyerah pada keadaan. Mereka sering berada dibawah bayang-bayang masa kecilnya. Menjalani hidup tanpa motivasi dan semangat untuk menggapai impian.

Anak-anak ini tumbuh menjadi pribadi apatis atau menghindar dari tanggung jawab, sebagai cara untuk menghindari masalah. Biasanya mereka terlihat menghabiskan waktu terlalu banyak berkutat dengan media, video game, internet, atau musik.

Blow Up
Kelompok ini mudah dikenali, karena mereka menunjukkan perilaku pemberontakan secara langsung. Misalnya, memakai obat-obatan, alkohol, seks bebas, mengutil, piercing, kegagalan akademis, hingga berpakaian atau bertindak dengan cara-cara yang agresif untuk mencerminkan penolakan.

Mungkin tampak ‘sangar atau keras’ di luar, namun kenyataannya, mereka kerap merasa tidak aman atau insecure. Sering mengejek atau terlihat licik, namun dalam dirinya merasa sangat ketakutan, terutama saat mereka sendiri. Oleh sebab itu, mereka sering membentuk kelompok dengan anak-anak lain yang mengalami ‘kesakitan yang sama’

Blow In
Anak-anak yang termasuk dalam kelompok ini termasuk yang paling berbahaya diantara keempatnya. Anak-anak pendiam ini cenderung memendam segalanya sehingga sering berujung pada kecemasan, depresi, dendam, fobia sosial, perilaku merusak diri sendiri, bunuh diri, hingga melakukan pembunuhan.

Anak-anak yang membawa rasa sakit orang tua mereka bisa berakhir dengan situasi yang sangat buruk. Perilaku mereka yang pendiam sering mengecohkan orang tua dan menganggap semuanya baik-baik saja. Banyak orang tua yang tidak menyadari hal ini dan akhirnya terlambat menolong anak-anaknya.

Tujuan Allah mengaruniakan anak kepada para orang tua, adalah untuk membimbing mereka menuju rancangan Allah. Akan tetapi, saat anak mengalami stres yang luar biasa dan menyebabkan mereka mengarah ke salah satu dari empat kelompok tadi secara ekstrim, inilah saatnya orang tua mengambil tindakan yang berani.

Penting bagi orang tua untuk sebisa mungkin melindungi kepolosan masa anak-anak mereka dengan menjadi orang dewasa yang bijak dan mampu memecahkan krisis keluarga secara langsung, sehingga tidak berdampak langsung pada anak.

Sumber : CBN/Jawaban.com by tk
Halaman :
1

Ikuti Kami